Tentang #Romantika Rasul ^^
Romantika Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan Aisyah
Selazimnya para istri yang menunggu suami mereka selepas perjalanan
perang, di musim panas itu Aisyah menunggu Rasulullah di perbatasan kota
Madinah. Setelah beberapa lama menunggu, lelaki yang paling dirindukan Aisyah pun tiba di hadapannya.
Setibanya di rumah, setelah Baginda Nabi melepas baju perangnya dan
menurunkan perbekalan, Aisyah menyuguhkan segelas minuman manis nan
segar untuk suami yang begitu dicintainya. Tanpa menunggu lama,
Rasulullah pun meminumnya.
Sambil memerhatikan kekasihnya
meminum minuman manis segar yang disediakannya, Aisyah tampak menunggu
sesuatu. Biasanya Muhammad Rasulullah akan menyisakan setengah gelas
minuman yang disediakan Aisyah untuk diminum berdua bersama istri
kesayangannya itu.
Tetapi kali ini Sang Nabi tampak menenggak
gelasnya lebih lama dari biasanya. Hingga lewat setengah gelas, Aisyah
tetap menunggu, tetap menunggu, barangkali suaminya lupa sesuatu… Tetapi
ternyata Rasulullah terus saja meminumnya sendirian.
Sebelum
minuman di gelas Sang Nabi habis, Aisyah yang gelisah tak bisa lagi
menyimpan pertanyaannya, “Ya Rasul, biasanya engkau menyisakan minumanmu
untuk kuminum?”
Mendengar pertanyaan istrinya, Muhammad
Rasulullah berhenti sejenak. Dengan gelas yang masih di bibirnya, Sang
Nabi hanya melirik Aisyah dengan ujung matanya, kemudian melanjutkan
lagi minumnya dengan lahap.
Aisyah tampak gusar, kali ini ia
merasa ada yang berbeda dengan suaminya itu, “Wahai Rasul, mengapa
engkau tidak berikan gelas itu agar aku bisa minum dari gelasmu, seperti
biasanya?”
Mendengar istrinya yang terus merajuk, Maulana
Muhammad akhirnya berhenti dan menyisakan sedikit air di gelasnya. Tanpa
menunggu lama, Aisyah segera mengambil gelas itu dan mulai meminum
airnya.
“Rasanya asin sekali!” Aisyah seketika memuntahkan air
yang baru saja diminumnya. Ternyata, hari itu Aisyah keliru memasukkan
garam ke dalam minuman suaminya!
Aisyah yang merasa bersalah
segera meminta maaf. Rasulullah menganggukkan kepalanya sambil menatap
istrinya dengan penuh kelembutan.
Sementara lelah belum hilang
dari punggung Sang Nabi, siang itu terik matahari menampar-nampar kota
Madinah. Tetapi di rumah Muhammad dan Aisyah, akhlak seorang suami telah
menjadi sesuatu yang paling menyejukkan hati.
1 comment:
iseng buka..baca-baca...terharu sendiri, jadi pengen nangis
masyaallah :"
Post a Comment