~Semua ingin berilmu, tetapi tidak tahan dengan kata 'Lelah'.~
~Semua ingin berilmu. tetapi saat mendengar kata 'Sulit' ia langsung menyerah.~
~Semua ingin berilmu, tetapi saat Gerimis sedikit ia bolos kuliah.~
============
Itulah cerminan para pencari ilmu masa kini. Semua hal ingin didapatkan dengan cara yang mudah, cara yang praktis, ingin dengan sekali pertemuan langsung mahir. Mungkinkah?
Bukankah ilmu yang didapatkan dengan tidak bersusah payah akan pergi dengan cepat?
Para ulama kita terdahulu rela pergi dari satu negara ke negara lain dengan berjalan kaki hanya untuk mencari ilmu dan ridho-Nya. Sehingga sampai sekarang kita bisa merasakan lezatnya ilmu yang telah mereka bawa.
Meski pada zaman itu, belum ada Google, belum ada kendaraan bermotor, belum ada Telepon dan belum ada kemudahan-kemudahan lainnya, para ulama terdahulu tetap bersemangat dalam mencari ilmu. bahkan menulis berbagai buku dan menemukan berbagai penemuan.
Pernahkah kalian melihat seorang ulama yang terlahir dengan bermalas-malasan?
Seseorang yang meminjam buku dari perpustakaan umum akan langsung membaca dan menamatkan buku pinjamannya, | namun, berbeda dengan seseorang yang membeli dan memiliki buku itu sendiri, ia akan menunda, dan menunda untuk membacanya, karena ia merasa masih ada waktu lain, | itulah salah satu akibat dari kemudahan.
Berkata Al Imam Muslim dalam Shahihnya, Yahya bin Abi Katsir berkata: “Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan jasad yang selalu menginginkan istirahat.”
Ilmu tidak akan didapatkan oleh orang yang selalu ingin santai. Lihatlah bagaimana kesungguhan para shahabat untuk mendapatkan satu hadits, seperti Sa’id ibnu Musayyab berjalan sebulan untuk mendapatkan satu hadits. Seorang Tabi’in untuk mendapatkan satu hadits berjalan menempuh padang pasir sampai kehabisan bekal dan meminum kencingnya 5 kali karena sudah tidak ada minuman.
Adapun zaman sekarang hanya naik motor atau mobil umum, atau berjalan kaki sebentar sudah berpikir menghabiskan waktu. Itupun datang ke majelis sebulan sekali, itupun tertidur di majelis. Makanya Yahya bin Abi Katsir berkata: “Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan jasad yang selalu menginginkan istirahat.”
Oleh karena itu jangan sampai kita terlena dengan teknologi, jangan sampai kita terlena dengan kemudahan-kemudahan ini. Semoga Allah selalu memberi kita semangat dan keikhlasan dalam mencari ilmunya, dan semoga Allah senantiasa menjauhkan kita dari kemalasan.
Sumber :
Pelajaran Tafsir, Surat Al-Insyirah.
Saat Admin Design Dakwah masih Mustawa Tsani (Semester II, (Tahun 2014 lalu))
di Ma'had Abdurrahman ibnu Auf - Malang
Oleh Ustadz Ali Wafa, Lc
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”(Ar-Ra'd : 11)
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain" (Al-Insyirah : 7)
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب
"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (Al-Insyirah : 8)
Berikut adalah doa dari Rasul agar dijauhkan dari sifat Malas:
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)
#Repost
No comments:
Post a Comment